Pembelajaran kelas 2 SBI
Menjadi seorang guru adalah hal yang sangat menyenangkan dimana kita bisa mengenal berbagai karakter anak. untuk selanjut'y kita menemukan treatment yang tepat untuk menangani anak tersebut.
Friday, January 7, 2011
Report IHT TK SD Negeri BI
IN HOUSE TRAINING
Tema
"Pembelajaran Berbasis ICT"
Waktu
"Rabu, 5 Januari - Sabtu, 9 Januari 2011"
Tempat
"Ruang ICT SDN Bertaraf Internasional"
Tujuan
"Setiap guru bisa membuat sekaligus memiliki blog sebagai tempat penyimpanan dokumen guru untuk selanjutnya bisa dijadikan salah satu media pembelajaran untuk siswa"
peserta
"IHT diikuti oleh 23 orang peserta"
Materi
"Pembuatan Akun Google, Pembuatan Blog, Prosedur Posting, Modifikasi Tampilan"
hari 1
Dimulai dengan pembekalan. kemudian semua guru diarahkan untuk membuat akun google.
hari 2
semua guru membuat blog masing-masing dan memposting tema yang sesuai dengan bidangnya masing-masing.
hari 3
setelah semua guru membuat blog sendiri-sendiri dan mengisi blognya dengan tema sesuai bidangnya di sekolah. para guru diajarkan bagaimana cara
tampilan blog mereka seperti dalam website.
hari 4
lets see tomorrow.......
Tema
"Pembelajaran Berbasis ICT"
Waktu
"Rabu, 5 Januari - Sabtu, 9 Januari 2011"
Tempat
"Ruang ICT SDN Bertaraf Internasional"
Tujuan
"Setiap guru bisa membuat sekaligus memiliki blog sebagai tempat penyimpanan dokumen guru untuk selanjutnya bisa dijadikan salah satu media pembelajaran untuk siswa"
peserta
"IHT diikuti oleh 23 orang peserta"
Materi
"Pembuatan Akun Google, Pembuatan Blog, Prosedur Posting, Modifikasi Tampilan"
hari 1
Dimulai dengan pembekalan. kemudian semua guru diarahkan untuk membuat akun google.
hari 2
semua guru membuat blog masing-masing dan memposting tema yang sesuai dengan bidangnya masing-masing.
hari 3
setelah semua guru membuat blog sendiri-sendiri dan mengisi blognya dengan tema sesuai bidangnya di sekolah. para guru diajarkan bagaimana cara
tampilan blog mereka seperti dalam website.
hari 4
lets see tomorrow.......
Thursday, January 6, 2011
Kebohongan
KEBOHONGAN PADA ANAK
Setiap anak pernah berbohong dalam hidupnya. Ada yang melakukannya
karena situasi yang mendesak, namun ada pula yang menjadikannya
sebagai suatu kebiasaan yang pada akhirnya akan membawa kehancuran
pada hidup anak.
Menindak seorang anak yang kedapatan berbohong tidaklah mudah.
Selain meneliti berbagai alasan dan penyebab yang mungkin mendorong
seorang anak untuk berbohong, sebagai guru Sekolah Minggu kita juga
harus bertindak dengan sangat hati-hati serta bijaksana, supaya
teguran dan disiplin yang kita berikan dapat membawa anak pada
jalan yang benar dan bukannya malah menyakiti hati anak.
karena situasi yang mendesak, namun ada pula yang menjadikannya
sebagai suatu kebiasaan yang pada akhirnya akan membawa kehancuran
pada hidup anak.
Menindak seorang anak yang kedapatan berbohong tidaklah mudah.
Selain meneliti berbagai alasan dan penyebab yang mungkin mendorong
seorang anak untuk berbohong, sebagai guru Sekolah Minggu kita juga
harus bertindak dengan sangat hati-hati serta bijaksana, supaya
teguran dan disiplin yang kita berikan dapat membawa anak pada
jalan yang benar dan bukannya malah menyakiti hati anak.
A. CERITA ANAK YANG BERBOHONG
Tentunya kita masih ingat cerita si boneka kayu lucu yang bernama
Pinokio. Dalam salah satu adegannya diceritakan bagaimana si
Pinokio berbohong untuk menutupi kesalahannya, yaitu membolos dari
sekolah. Pada saat kata-kata bohong keluar dari mulutnya, bertambah
panjanglah hidung si Pinokio.
Cuplikan cerita di atas ingin mengajarkan pada anak bahwa berbohong
itu tidak baik, dan berkata bohong bukanlah suatu tindakan yang
benar untuk dilakukan apa pun alasannya. Selain itu, berbohong
juga tidak akan menyelesaikan masalah, sebaliknya justru akan
menimbulkan masalah lain.
Cerita "The Boy Who Cried Wolf" (Anak Laki-Laki yang Teriak
Serigala) merupakan contoh lain yang mengajarkan kepada anak
untuk tidak dengan mudah berbohong pada orang lain, meskipun itu
hanya sekedar "main-main".
Dalam cerita yang terkenal ini, dikisahkan kebiasaan buruk seorang
anak yang suka berteriak, "Ada serigala, ada serigala!". Namun
setiap kali orang banyak datang dan hendak menolongnya dari serangan
serigala, anak tersebut tertawa karena semua orang terpedaya oleh
ucapan bohongnya itu. Hingga pada suatu hari dimana anak tersebut
sungguh-sungguh diserang oleh serigala dan berteriak, "Ada
serigala, ada serigala!", tidak ada seorang pun yang menggubrisnya
karena mereka mengira bahwa anak tersebut berbohong lagi seperti
yang sudah-sudah.
B. DUSTA SEMU DAN DUSTA YANG SEBENARNYA
Seorang anak balita yang melihat sebuah film tentang kereta api dan
bercerita bahwa ia baru saja naik kereta api (padahal kenyataannya
tidak demikian), tidak dapat disebut berdusta/berbohong. Anak
balita suka berimajinasi dan masih sulit membedakan khayalannya
dengan kenyataan hidupnya. Anak pada usia ini masih banyak yang
belum mengetahui perbedaan mengatakan yang benar dan yang tidak
benar. "Kebohongan" semacam ini disebut sebagai "dusta semu".
Alex Sobur dalam artikelnya yang berjudul "Bila Anak Anda Suka
Berdusta" mengajak para pembaca untuk membedakan antara dusta semu
dari dusta yang sebenarnya. Seseorang melakukan dusta yang
sebenarnya apabila "ia secara sadar mengatakan sesuatu yang tidak
benar, dengan maksud memperdaya seseorang untuk memperoleh suatu
penipuan."
Untuk membedakan dusta yang bersifat semu dan dusta yang
sebenarnya, Alex Sobur mengemukakan ciri-ciri dusta semu sebagai
berikut:
1. Dusta semu sering disebabkan karena daya khayal.
2. Dusta semu tidak mengetahui antara yang benar dan yang tidak
benar.
3. Dusta semu tidak bermaksud untuk memperdayakan seseorang.
4. Dusta semu tidak bermaksud mencari keuntungan dengan tidak
mengatakan yang tidak benar itu.
5. Dusta semu disebabkan karena pengamatan yang salah.
Sedangkan dusta yang sebenarnya dapat disebabkan karena hal-hal
sebagai berikut:
1. Mempunyai perasaan takut, artinya takut mengatakan sesuatu
yang sebenarnya, misalnya takut dimarahi oleh orangtuanya.
2. Mempunyai rasa dengki atau iri hati, misalnya iri terhadap
temannya.
3. Mempunyai maksud menguasai orang lain.
4. Mempunyai maksud untuk meperolok-olokkan orang lain.
Jadi, penting bagi kita semua untuk terlebih dahulu menentukan
jenis kebohongan yang dilakukan oleh anak sebelum kita bertindak
untuk mengoreksi perilaku mereka.
C. HARGA DIRI DAN PERILAKU BERBOHONG
Mengapa ada anak yang sepertinya "suka berbohong"? Bahkan cenderung
menjadikan perilaku tersebut sebagai suatu kebiasaan dalam
hidupnya?
Dalam banyak kasus, menurut artikel yang berjudul "Karena Terancam
Tito Berbohong", masalah utama seorang anak jatuh dalam kebiasaan
berbohong adalah karena anak tersebut mulai kurang menghargai
dirinya sendiri. Hal ini bisa disebabkan oleh orang-orang di
sekitarnya yang menuntut secara berlebihan, tidak menghargainya,
atau karena pola pendidikan yang keliru.
Mendorong anak untuk menguasai kecakapan tertentu, sesederhana
apapun bentuknya, sangatlah membantu anak untuk mengembalikan rasa
percaya dirinya. Lingkungan yang mendukung dari orang-orang yang
mau mengerti serta menerima anak (meskipun anak tersebut bukan anak
yang "manis" atau "pandai") juga akan menolong anak keluar dari
rasa takut berbuat salah atau dari rasa minder yang tidak sehat.
Seorang anak yang menerima cinta kasih yang tulus dari orang-orang
yang dekat dengannya cenderung akan lebih mengembangkan kebiasaan
yang baik dan tidak suka berbohong. Sebaliknya, seorang anak yang
dibesarkan dalam suasana yang tegang, dimana kesalahan kecil
mendatangkan hukuman yang hebat, tuntutan orang tua sangat tinggi,
dan penghargaan serta pujian mahal harganya, akan mencetak anak
yang rusak harga dirinya, yang memilih jalan keluar "berbohong"
untuk menghindar dari berbagai tekanan hidupnya.
Menanamkan nilai-nilai kejujuran adalah penting. Ajarkan pada anak
bahwa Tuhan menghendaki anak-anak-Nya datang kepada-Nya dengan hati
yang jujur dan terbuka. Bahwa Tuhan mau menerima siapa saja yang
datang kepada-Nya meminta pengampunan atas segala dosa dan
kesalahan yang telah diperbuatnya. Dan bahwa Tuhan memberikan
pengampunan serta hidup baru bagi mereka yang bertobat/berbalik
dari perilakunya yang tidak benar.
Wednesday, January 5, 2011
Subscribe to:
Posts (Atom)