Friday, January 7, 2011

Report IHT TK SD Negeri BI

IN HOUSE TRAINING
Tema
"Pembelajaran Berbasis ICT"
Waktu
"Rabu, 5 Januari - Sabtu, 9 Januari 2011"
Tempat
"Ruang ICT SDN Bertaraf Internasional"
Tujuan
"Setiap guru bisa membuat sekaligus memiliki blog sebagai tempat penyimpanan dokumen guru untuk   selanjutnya bisa dijadikan salah satu media pembelajaran untuk siswa"
peserta
"IHT diikuti oleh 23 orang peserta"
Materi
"Pembuatan Akun Google, Pembuatan Blog, Prosedur Posting, Modifikasi Tampilan"
hari 1
Dimulai dengan pembekalan. kemudian semua guru diarahkan untuk membuat akun google.
hari 2
semua guru membuat blog masing-masing dan memposting tema yang sesuai dengan bidangnya masing-masing.
hari 3
setelah semua guru membuat blog sendiri-sendiri dan mengisi blognya dengan tema sesuai bidangnya di sekolah. para guru diajarkan bagaimana cara
tampilan blog mereka seperti dalam website.
hari 4
lets see tomorrow.......

Thursday, January 6, 2011

hemat energi

Kebohongan


KEBOHONGAN PADA ANAK
                         
Setiap anak pernah berbohong dalam hidupnya. Ada yang melakukannya
karena situasi yang mendesak, namun ada pula yang menjadikannya
sebagai suatu kebiasaan yang pada akhirnya akan membawa kehancuran
pada hidup anak.

Menindak seorang anak yang kedapatan berbohong tidaklah mudah.
Selain meneliti berbagai alasan dan penyebab yang mungkin mendorong
seorang anak untuk berbohong, sebagai guru Sekolah Minggu kita juga
harus bertindak dengan sangat hati-hati serta bijaksana, supaya
teguran dan disiplin yang kita berikan dapat membawa anak pada
jalan yang benar dan bukannya malah menyakiti hati anak.

  A. CERITA ANAK YANG BERBOHONG

  Tentunya kita masih ingat cerita si boneka kayu lucu yang bernama
  Pinokio. Dalam salah satu adegannya diceritakan bagaimana si
  Pinokio berbohong untuk menutupi kesalahannya, yaitu membolos dari
  sekolah. Pada saat kata-kata bohong keluar dari mulutnya, bertambah
  panjanglah hidung si Pinokio.

  Cuplikan cerita di atas ingin mengajarkan pada anak bahwa berbohong
  itu tidak baik, dan berkata bohong bukanlah suatu tindakan yang
  benar untuk dilakukan apa pun alasannya. Selain itu, berbohong
  juga tidak akan menyelesaikan masalah, sebaliknya justru akan
  menimbulkan masalah lain.

  Cerita "The Boy Who Cried Wolf" (Anak Laki-Laki yang Teriak
  Serigala) merupakan contoh lain yang mengajarkan kepada anak
  untuk tidak dengan mudah berbohong pada orang lain, meskipun itu
  hanya sekedar "main-main".

  Dalam cerita yang terkenal ini, dikisahkan kebiasaan buruk seorang
  anak yang suka berteriak, "Ada serigala, ada serigala!". Namun
  setiap kali orang banyak datang dan hendak menolongnya dari serangan
  serigala, anak tersebut tertawa karena semua orang terpedaya oleh
  ucapan bohongnya itu. Hingga pada suatu hari dimana anak tersebut
  sungguh-sungguh diserang oleh serigala dan berteriak, "Ada
  serigala, ada serigala!", tidak ada seorang pun yang menggubrisnya
  karena mereka mengira bahwa anak tersebut berbohong lagi seperti
  yang sudah-sudah.
 
B. DUSTA SEMU DAN DUSTA YANG SEBENARNYA

  Seorang anak balita yang melihat sebuah film tentang kereta api dan
  bercerita bahwa ia baru saja naik kereta api (padahal kenyataannya
  tidak demikian), tidak dapat disebut berdusta/berbohong. Anak
  balita suka berimajinasi dan masih sulit membedakan khayalannya
  dengan kenyataan hidupnya. Anak pada usia ini masih banyak yang
  belum mengetahui perbedaan mengatakan yang benar dan yang tidak
  benar. "Kebohongan" semacam ini disebut sebagai "dusta semu".

  Alex Sobur dalam artikelnya yang berjudul "Bila Anak Anda Suka
  Berdusta" mengajak para pembaca untuk membedakan antara dusta semu
  dari dusta yang sebenarnya. Seseorang melakukan dusta yang
  sebenarnya apabila "ia secara sadar mengatakan sesuatu yang tidak
  benar, dengan maksud memperdaya seseorang untuk memperoleh suatu
  penipuan."

  Untuk membedakan dusta yang bersifat semu dan dusta yang
  sebenarnya, Alex Sobur mengemukakan ciri-ciri dusta semu sebagai
  berikut:
    1. Dusta semu sering disebabkan karena daya khayal.
    2. Dusta semu tidak mengetahui antara yang benar dan yang tidak
       benar.
    3. Dusta semu tidak bermaksud untuk memperdayakan seseorang.
    4. Dusta semu tidak bermaksud mencari keuntungan dengan tidak
       mengatakan yang tidak benar itu.
    5. Dusta semu disebabkan karena pengamatan yang salah.

  Sedangkan dusta yang sebenarnya dapat disebabkan karena hal-hal
  sebagai berikut:
    1. Mempunyai perasaan takut, artinya takut mengatakan sesuatu
       yang sebenarnya, misalnya takut dimarahi oleh orangtuanya.
    2. Mempunyai rasa dengki atau iri hati, misalnya iri terhadap
       temannya.
    3. Mempunyai maksud menguasai orang lain.
    4. Mempunyai maksud untuk meperolok-olokkan orang lain.

  Jadi, penting bagi kita semua untuk terlebih dahulu menentukan
  jenis kebohongan yang dilakukan oleh anak sebelum kita bertindak
  untuk mengoreksi perilaku mereka.

  C. HARGA DIRI DAN PERILAKU BERBOHONG

  Mengapa ada anak yang sepertinya "suka berbohong"? Bahkan cenderung
  menjadikan perilaku tersebut sebagai suatu kebiasaan dalam
  hidupnya?

  Dalam banyak kasus, menurut artikel yang berjudul "Karena Terancam
  Tito Berbohong", masalah utama seorang anak jatuh dalam kebiasaan
  berbohong adalah karena anak tersebut mulai kurang menghargai
  dirinya sendiri. Hal ini bisa disebabkan oleh orang-orang di
  sekitarnya yang menuntut secara berlebihan, tidak menghargainya,
  atau karena pola pendidikan yang keliru.

  Mendorong anak untuk menguasai kecakapan tertentu, sesederhana
  apapun bentuknya, sangatlah membantu anak untuk mengembalikan rasa
  percaya dirinya. Lingkungan yang mendukung dari orang-orang yang
  mau mengerti serta menerima anak (meskipun anak tersebut bukan anak
  yang "manis" atau "pandai") juga akan menolong anak keluar dari
  rasa takut berbuat salah atau dari rasa minder yang tidak sehat.

  Seorang anak yang menerima cinta kasih yang tulus dari orang-orang
  yang dekat dengannya cenderung akan lebih mengembangkan kebiasaan
  yang baik dan tidak suka berbohong. Sebaliknya, seorang anak yang
  dibesarkan dalam suasana yang tegang, dimana kesalahan kecil
  mendatangkan hukuman yang hebat, tuntutan orang tua sangat tinggi,
  dan penghargaan serta pujian mahal harganya, akan mencetak anak
  yang rusak harga dirinya, yang memilih jalan keluar "berbohong"
  untuk menghindar dari berbagai tekanan hidupnya.

  Menanamkan nilai-nilai kejujuran adalah penting. Ajarkan pada anak
  bahwa Tuhan menghendaki anak-anak-Nya datang kepada-Nya dengan hati
  yang jujur dan terbuka. Bahwa Tuhan mau menerima siapa saja yang
  datang kepada-Nya meminta pengampunan atas segala dosa dan
  kesalahan yang telah diperbuatnya. Dan bahwa Tuhan memberikan
  pengampunan serta hidup baru bagi mereka yang bertobat/berbalik
  dari perilakunya yang tidak benar.